Di medan perang jadi jagoan, di rumah sendiri malah menjadi monster. Secara tragis, seorang tentara di Amerika Serikat (AS) diduga mengakhiri hidupnya setelah membantai istri yang tengah hamil dan seorang anaknya yang masih berusia 13 bulan. Tiga anjingnya pun turut dibunuh.
Pelaku bernama Matthew Magdzas. Peristiwa memilukan itu berlangsung di rumah Magdzas di kota Superior, negara bagian Wisconsin.
Menurut tim penyelidik, aksi pembantaian dan bunuh diri itu kemungkinan berlangsung pada Selasa sore, 17 Agustus 2010 waktu setempat. Namun, motif kasus itu masih diselidiki.
Selain itu, polisi tidak menemukan pesan terakhir dari Magdzas, seperti yang umumnya dilakukan para pelaku bunuh diri sebelum mengakhiri hidup.
Mereka menemukan sepucuk pistol 9 mm, yang diduga digunakan Magdzas untuk membantai semua penghuni rumah, termasuk dirinya sendiri. Polisi juga menemukan sebuah benda yang diduga adalah bom di dalam suatu ransel. Namun tim penjinak menyatakan bahwa benda itu tampaknya bukan bom, walau akhirnya mereka hancurkan.
Kepada kantor berita Associated Press, Kapten Chad La Lor dari Kepolisian Superior mengungkapkan bahwa penyelidik akan berupaya mendapatkan rekam medis Magdzas, untuk mengetahui apakah yang bersangkutan pernah mengeluh atau menjalani perawatan atas gangguan stres setelah bertugas.
Magdzas adalah seorang prajurit Garda Nasional yang bermarkas di Wisconsin. Pria berusia 23 tahun itu diketahui pernah bertugas di Irak dan mendapatkan medali penghargaan atas jasanya di medan tempur.
Namun, upaya polisi untuk mendapat rekam medis pelaku di kesatuannya tidaklah mudah. Juru bicara Garda Nasional Wisconsin, Letnan Kolonel Jackie Guthrie, menegaskan bahwa pihaknya tidak bisa mengungkap data medis Magdzas kepada publik.
Magdzas terdaftar sebagai prajurit Garda Nasional pada 2004. Dua tahun kemudian dia mendaftarkan diri ke Batalion ke-1 dari Resimen Artileri 121 yang dikerahkan ke Irak. Menurut Guthrie, unit itu bertugas melindungi konvoi dari Kuwait ke Irak bagian utara.
Sebagai juru tembak kendaraan tempur, Magdzas pernah terlibat dalam pertempuran di suatu wilayah di Irak pada November 2006. Atas jasanya, dia mendapat medali penghargaan. Penugasan Magdzas di Irak berakhir pada 2007.
Sekembalinya di kampung halaman, Magdzas lalu bekerja sebagai instruktur senjata api di suatu sekolah menembak. (Associated Press)VIVAnews